Youtube Channel PT
Saturday, April 20, 2024
Iklan Mesin Cuci Sharp

Pembangunan Properti Mewah Menggila, Lahan Hijau Serpong Kritis

Kota Serpong menjadi basis kehidupan kaum urban Jakarta yang berkarakter egois, individualis, oportunis, pragmatis dan hedonis. Hidup nyaman menjadi pilihan setiap orang. Sekitar 20 tahun lalu, kawasan kota Serpong masih sangat hijau dan asri.

Namun, saat ini pembangunan properti mewah di Serpong semakin menggila, akibatnya lahan hijau di Serpong semakin kritis. Hidup di wilayah Serpong tidak lagi senyaman dulu.

Dua puluh tahun silam, suasana alam Kota Serpong begitu sejuk, damai dan tenang. Saya dan keluarga yang tinggal di sebuah rumah mungil, di salah satu kawasan kompleks perumahan di Gading Serpong sejak tahun 1999 lalu, benar-benar betah karena dimanjakan oleh hijaunya alam Serpong.

Saya masih ingat ketika gumpalan kabut selalu menepi di kebun halaman rumah menjelang jam 8 malam. Hawa dinginnya begitu terasa. Memasuki pagi, usai sholat subuh di sebuah surau kecil dalam lingkungan kompleks, saya bisa menyentuh butiran bening embun yang membasahi dedaunan pohon-pohon kecil yang tumbuh di pinggir jalan kompleks.

Sekelompok petani perempuan muda berjalan santai penuh canda  menuju  sawah  dan kebun. Nyanyian hewan-hewan liar di rimbunnya kebun kelapa gading dan hamparan sawah menambah nikmatnya alam Serpong.

Kini, dua puluh tahun telah berlalu, saya dan keluarga tak pernah lagi merasakan nikmatnya alam hijau yang luas di Kota Serpong. Keasrian lahan hijau Serpong semakin kritis. Kenyamanan, kedamaian dan ketenangan Kota Serpong  perlahan mulai lenyap.

Kabut malam tak pernah lagi mampir di kebun halaman rumah, butiran bening embun pagi pun pergi entah ke mana, sawah-sawah berubah menjadi kompleks perumahan mewah, hewan-hewan liar bermigrasi tanpa pamit meninggalkan kebun kelapa Gading Serpong.

Kini, Kota Serpong bising dengan suara mesin, klakson mobil dan motor. Polusi udara terjadi di mana-mana. Cuacanya juga semakin panas.

Serpong berubah menjadi kota modern dengan jejeran mall-mall elit, hotel-hotel berbintang, apartemen dan perumahan mewah, gedung-gedung tinggi perkantoran, deretan ruko warna-warni, papan billboard iklan yang bertebaran dimana-mana serta menjamurnya kedai kuliner di sepanjang Jalan Raya Serpong.

Serpong semakin padat, sesak dan macet. Penduduk asli Serpong yang dulu dikenal polos dengan gaya hidup tradisionalnya, perlahan mulai tersingkir. Sekarang, Kota Serpong menjadi basis kehidupan kaum urban Jakarta  yang berkarakter egois, individualis, oportunis, pragmatis dan hedonis.

Saya dan keluarga semakin cemas dengan kondisi alam Serpong yang terus digerus pembangunan properti yang membabi-buta. Saya dan keluarga masih tetap berharap, kenyamanan Kota Serpong bisa hadir kembali untuk kehidupan yang lebih sehat dan segar bagi semua makhluk hidup yang ada.

Akankah harapan ini terwujud? Yaa, Tuhan dimana Kau simpan SerpongMu yang dulu?

 

*Penulis adalah Penikmat Alam Serpong

- Advertisement -
Demo Below News

3 COMMENTS

  1. Risiko dari perkembangan sebuah kota. Terdesak lahan dalam kota, pembangunan pun melebar ke wilayah penyangga. Untuk itu, pemda setempat harus lebih awal mengantisipasi dampak pembangunan tersebut.

BERITA TERKAIT

Sharp Plasmacluster
ICBT - 2023

BERITA TERBARU

Demo Half Page